Saat ini, pendekatan konvensional atau business as usual dalam menangani berbagai permasalahan pembangunan perkotaan dan daerah semakin tidak efektif dan efisien untuk dilaksanakan. Strategi yang berbeda, terlebih yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital, sangat dibutuhkan untuk mengatasi kompleksitas permasalahan pembangunan sesuai dengan karateristik wilayah.
Collaborative governance atau kolaborasi pemerintahan merupakan salah satu strategi spesifik yang terus didorong untuk merespon kondisi pembangunan saat ini. Dengan berkolaborasi, permasalahan dapat menjadi mudah dievaluasi karena mengawinkan seluruh peran para aktor seperti pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, perusahaan swasta, masyarakat, serta organisasi masyarakat. Karena melibatkan banyak aktor, penanganan permasalahan juga menjadi mudah serta dapat diselesaikan dalam waktu lebih cepat dan efektif.
Dengan latar belakang tersebut, URDI dan CityNet menyelenggarakan Live Online Training on Collaborative Smart Governance pada tanggal 5 sampai 7 September 2022. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan dari unsur pemerintah daerah, akademisi, dan NGO agar mampu membenahi kerangka pemerintahan dan mendorong pengembangan strategi tata kelola pemerintahan yang cerdas (smart-governance). Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari Indonesia, Filipina, dan Nepal.
Para narasumber yang dihadirkan sebagai pembicara dalam kegiatan ini adalah:
1. Wicaksono Sarosa dari Ruang Waktu – Knowledge Hub.
Bapak Sarosa menyampaikan materi tentang “Why Collaborative and Smart Governance Matters?” dan penerapan tata kelola pemerintahan yang kolaboratif dan cerdas (collaborative and smart governance) di Indonesia beserta peluang dan tantangan penerapannya di wilayah perkotaan.
2. Paulie Mora dan Chris Di Gennaro dari CityNet.
Paulie Mora dan Chris Di Gennaro menjelaskan materi tentang tren global dalam penerapan tata kelola pemerintahan yang kolaboratif dan cerdas untuk menangani permasalahan perubahan iklim dan kegiatan pengembangan kapasitas serta jejaring antar pelaku dengan memanfaatkan platfom teknologi yang dikembangkan CityNet.
3. Renung Rubiyatadji dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang.
Bapak Renung menceritakan pengalamanannya sebagai aparat pemerintah daerah dalam menangani permasalahan dan pengelolaan sampah di TPA Talangagung dengan strategi berkolaborasi melibatkan banyak pihak, mulai dari donor, pemerintah pusat, dan masyarakat. Bapak Renung juga menjelaskan berbagai peluang dan tantangan dalam pengelolaan sampah masyarakat sambil mengembangkan berbagai inovasi untuk menginspirasi wilayah lain dalam pengelolaan sampah yang efektif.
4. Chrisna Trihadi Permana dari Universitas Sebelas Maret , Surakarta.
Bapak Chrisna menjelaskan metode Actor-Relational-Approach (ARA) sebagai strategi untuk pengelolaan pembangunan perkotaan dan daerah. Metode ARA juga bermanfaat dalam menentukan bentuk pengembangan kawasan secara partisipatif dan melibatkan banyak aktor untuk berkolaborasi serta saling berbagi sumber daya.
5. Wahyu Mulyana sebagai Associate URDI.
Sesi Bapak Wahyu banyak mendiskusikan tentang peran dan peluang dari peserta pelatihan agar berjejaring sambil mendorong komitmen semua pihak untuk mengembangkan platform Collaborative and Smart Governance Networks yang menangani berbagai isu pembangunan perkotaan.